Konflik dalam Organisasi dan Sumber Konflik
Tersebut
SUMBER-SUMBER KONFLIK
Setelah memahami berbagai jenis konflik, dapatlah diurai
sumber-sumber konflik atau apa yang menyebabkan terjadinya konflik. Sumber
konflik dalam organisasi dapat ditelusuri melalui Konflik dalam diri individu
(intrapersonal conflict), Konflik antarindividu (Interpersonal conflict),
Konflik antarkelompok (Intergroup conflict), ataupun Konflik antar individu
dengan kelompok.
Konflik adalah bagian dari kehidupan berorganisasi yang tidak
dapat dihindari. Konflik berakar dari karakteristik struktural maupun
kepribadian yang tidak cocok. Sumber daya organisasi tidak melimpah, pegawai
mempunyai kepentingan serta pandangan yang beraneka ragam, serta ciri lain yang
membuat konflik merupakan realitas yang tidak pernah berhenti.
Mendefinisikan Konflik
Istilah konflik tidak akan pernah kekurangan definisi.
Sebuah buku menggambarkannya sebagai “perilaku anggota organisasi yang
dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain”; “prosesnya dimulai
jika satu pihak merasa bahwa pihak lain telah menghalangi atau akan menghalangi
sesuatu yang ada kaitannya dengan dirinya”; atau hanya “jika ada kegiatan yang
tidak cocok”.
Konflik ini bisa berasal dari dalam
diri. Menurut Luthan (2002 : 400), penyebab dari dalam bisa bersumber dari
sifat-sifat atau cirri-ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan. Ia
mengutip hasil penelitian Friedman dan Roseman tentang kepribadian manusia yang
mereka klasifikasikan dengan profil tipe A dan tipe B. Ciri-ciri orang
berkepribadian tipe A adalah : tidak bisa diam, berjalan cepat, makan cepat,
bicara cepat, tidak sabar, melakukan dua hal sekaligus, tidak menyukai waktu
senggang, terobsesi dengan angka-angka, mengukur kesuksesan dengan kuantitas,
agresf, kompetitif dan selalu merasa dikejar waktu. Sedangkan kepribadian tipe
B bercirikan : kurang peduli terhadap waktu, sabar, tidak suka membual, bermain
untuk kesenangan bukan kemenangan, santai, tidak dikejar waktu, bertingkah laku
tenang dan tidak pernah terburu-buru. Orang-orang bertipe A, lebih cenderung
merasakan konflik di dalam diri mereka. Kebanyakan dari mereka akan menderita
serangan jantung.
Selain itu, penyebab konflik dalam diri adalah apa yang disebut
goal conflict. Hal ini terjadi karena seseorang diperhadapkan pada dua tujuan
atau karena harus membuat keputusan untuk memilih alternative yang terbaik.
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan.
Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim
dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya,
pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak
akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehiodupan masyarakat yang telah ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar